Karet
atau para (Havea brasiliensis) adalah
tanaman yang menghasilkan getah atau lateks. Getah atau lateks inilah yang
sering dimanfaatkan. Lalu bagaimana dengan limbah hasil pengolahan karet?
Seorang mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta melakukan penelitian
dengan mengolah limbah karet dalam bidang konstruksi. Bagaimana hasilnya?
Mengetahui banyaknya
limbah karet hasil dari industri pengolahan karet di daerahnya yang terbuang
begitu saja, seorang mahasiswa teknik sipil Universitas Islam Indonesia, Ibnu
Nugroho, tergerak untuk mengolah kembali limbah tersebut menjadi bernilai.
Pemuda yang berasal
dari Palembang ini mencoba melakukan penelitian terhadap limbah karet selaras
dengan bidang keilmuan yang digelutinya saat ini yaitu teknik sipil. Ibnu
melakukan riset mengenai pengaruh limbah karet terhadap bahan konstruksi beton.
Mula-mula pemuda
berusia 22 tahun ini akan melakukan perhitungan terhadap takaran limbah karet
dan adonan semen dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
“Pertama-tama saya melakukan perhitungan untuk membuat adonan semen agar diperoleh komposisi tetap masing-masing komponen. Berdasarkan perhitungan, komposisi tetap adonan terdiri dari semen 20,507 kg, air 11, 279 kg, agregat halus 43,953 kg, dan agregat kasar 71,428 kg.”, tuturnya. Seperti dikutip dari www.uii.ac.id (Selasa, 6 Oktober 2015).
Campuran antara limbah
karet, air, pasir dan kerikil yang berupa adonan lalu ia pisahkan, kemudian ia
campurkan limbah karet kedalamnya dengan takaran berbeda dari 1% hingga 5% .
Persentase campuran limbah karet adalah seluruh total masa bahan adonan.
Hasil pengeringan dari
campuran material adalah berupa semen kering/beton yang siap untuk di uji.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah ditambahkan limbah karet beton
mengalami peningkatan terhadap modulus elastisitasnya.
“Dengan alat yang ada di lab teknik, saya uji sejauh mana kuat desak/tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastis beton setelah dicampur limbah karet. Modulus elastisitas beton meningkat secara optimal ketika ditambahkan campuran limbah karet pada takaran 2% . Rumus tersebut juga berlaku pada kelipatan untuk membuat adonan semen dalam skala yang lebih besar”, Ungkapnya.
Ibnu lebih menerangkan
kembali manfaat dari hasil penelitiannya bahwa dengan elastisitas beton yang
meningkat dapat mengurangi retakan kecil pada awal titik runtuh beton.
Sedangkan pada beton yang tidak dicampur dengan limbah karet, beton akan
terbelah menjadi dua bagian karena tidak ada yang menahan pada saat beton
retak.
“Beton semacam ini dapat direkomendasikan menjadi bagian struktur yang dapat meredam getaran seperti pada pondasi mesin dan bantalan jembatan.”, pungkasnya.
Nilai Lebih Limbah Karet Pada Beton, Hasil Penelitian Mahasiswa UII Yogyakarta
4/
5
Oleh
Unknown